Lembata, pernah membuktikan diri sebagai “markas”-nya GT monster di Indonesia. Pulau tempat orang-orang Lamalera tinggal dan menangkap paus dengan tombak ini boleh berbangga karena hampir tidak memiliki ikan GT berukuran kecil. Akan tetapi kharisma Lembata sebagai sarangnya GT monster ini saat ini mulai meredup. Lembata meraih kepopuleran sebagai popping ground terbaik diam-diam. Tidak banyak pemancing yang tahu dan mampu menembus ‘kekerasan’ alam di pulau ini. Namun pulau tandus yang dipopulerkan oleh dokumenter handal Indonesia, Mas Dudit Widodo ini akhir-akhir ini begitu bising oleh trip-trip mancing berskala besar dari pemancing-pemancing popping papan atas Indonesia dan bahkan para pemancing Jepang (yang masuk lewat Alor). Ada khabar, bahwa konon kini GT monster telah susah didapatkan di Lembata. Padahal dulu, setiap strike ikan GT di Lembata, setidaknya pasti beratnya up 25 kg! Trip terakhir saya ke pulau ini bersama Mas Dudit Widodo dan Rudi Hadikesuma, kalau tidak salah November 2010, kami mendapatkan banyak ikan GT dengan ukuran antara 25 hingga GT 42 kg! Lembata adalah pulau paling mempesona di Indonesia bagi siapa saja yang ingin mendapatkan GT monster yang bisa memecahkan rekor nasional, rekor dunia sekalipun. Tak heran pulau tandus ini banyak diincar para pemancing popping. Tak banyak yang bisa menembus “ketebalan” benteng pulau ini. Akan tetapi beberapa pemancing top Indonesia dan Jepang, telah melontarkan popper-poppernya di sini. Sehingga meski di forum-forum, atau website sportfishing dunia pulau ini tampak sepi-sepi saja dan diacuhkan, sebenarnya kenyataannya tidak demikian. Karena kebanyakan datang ke sini secara diam-diam dan sengaja tidak mempublikasikannya.
Sumba Selatan: Santa Claus & Debut Batanta Popper di Sumba

Pada akhir 2010 Tim Mancing Mania Trans|7 juga menjadikan teluk indah ini sebagai basecamp selama 4 hari. Inilah pertemuan kami untuk pertama kalinya konsep mancing bersama Santa Claus untuk ditayangkan setiap Natal datang berhasil diwujudkan. Sehingga untuk urusan tidak bisa mandi, nyamuk di waktu malam yang jumlahnya ribuan, panas yang “gila”, dan lain-lain di basecamp saya sudah terbiasa. Hanya saja pada trip ini tugas saya menjadi double karena selain menjadi reporter saya juga harus bertugas menjadi kameraman. Keesokan harinya kami bangun sepagi mungkin untuk kemudian naik ke kapal utama yang di jangkar agak di tengah. Kami harus naik sampan kecil dahulu. Pantai yang dangkal tidak mengijinkan kapal kayu kami merapat ke pantai. Kami lalu berangkat menuju spot-spot yang dulu pernah kami datangi dimana kami disambut “mesra” oleh ikan-ikan GT monster. Sumba Selatan menurut saya waktu itu sungguh luar biasa karena rate strike dan size GT yang kami dapatkan sungguh dahsyat. Akan tetapi pada trip kali ini kondisinya jauh berbeda. Kami tidak mendapatkan strike berarti dari ikan-ikan predator di sini. Selama dua hari popping dengan tiga pemancing, kami hanya menaikkan 5 ekor GT saja! Padahal di tahun 2010 tersebut, kami sampai malas lagi popping saking banyaknya sambaran. Memang, setahu saya usai trip pertama yang kemudian ditayangkan di Trans|7 tersebut tiba-tiba Sumba Selatan disorot oleh para pemancing popping dan membanjirlah popping ke tempat ini. Padahal dulunya perairan perbatasan Sumba Timur dan Sumba Barat ini tidak terlalu dilirik orang karena sulitnya medan. Jadi padatnya trip-trip popping tersebut, sedikit banyak mempengaruhi kondisi spot. Belum ditambah saat kami datang kemarin, laut terlalu flat dan arus bawah juga sangat lemah! Jadi klop sudah, boncoz sih tidak, tetapi hasilnya tidak seperti kami bayangkan sebelumnya.
Di Sumba Selatan kemarin, GT paling besar didapatkan oleh Fandy, beratnya sekitar 25 kg saja! Dan yang menggembirakan saya dalah, semua ikan GT yang berhasil kami naikkan semuanya memakai popper Batanta 140 gram black buatan Hime Lure. Padahal dulu, “peluru” paling mematikan untuk dipakai popping di Sumba adalah popper Halco. Tetapi dalam trip ini, halco benar-benar tidak disambar sama sekali. Enak sih dilempar dan dimainkan. Ringan namun bisa dilempar jauh, splash-nya pun meski tanpa sentakan keras pun bisa memercik besar dan berbunyi keras. Tetapi saat kami memakai Halco ini, kami benar-benar nol strike dan baru strike saat para pemancing akhirnya mau mencoba popper hitam jelek yang say abawa dari Jakarta, yakni Batanta 140 gram black. Saya tidak arogan, ini adalah kesaksian. Di sebuah batu mandi, yang padahal telah satu setengah hari kami gempur dengan menggunakan Halco, sama sekali tidak ada sambaran, namun pada setengah hari terakhir, saat kami menggunakan popper Batanta 140 gram black, langsung 3 ekor GT landed! Mungkin teori bahwa ikan juga memiliki “ingatan” itu benar, itulah kenapa sebabnya popper Halco disini tak disambar sama sekali. Karena pada puluhan (atau ratusan?) trip oleh pemancing lain pada tahun-yahun sebelumnya, semuanya memakai popper-popper Halco karena (sorry) harganya ekonomis dan sangat bagus baik tampilan dan action-nya. Di spot berikutnya kami berhasil landed lagi dua ekor. Namun meski peruntungan kami pada sisa hari ketiga tersebut membaik, kami keburu patah arang dan memutuskan untuk kembali ke kota Waikabubak esok hari baru kemudian bergeser ke Sumba Timur pada hari kelima untuk menjajal sebuah spot yang konon baru ditemukan oleh salah satu pemancing yang merupakan keluarga Om William, yakni Om Sem.
Reef Sem: Berani lempar, Berani Bertanggung Jawab
Pagi datang dengan cepat. Panas yang sangat menyengat kulit kami yang “lembut”. Kami sarapan dengan cepat dan langsung kabur ke laut menjemput nasib kami hari ini. Spot temuan Om Sem adalah reef-reef dangkal yang tidak jauh dari pantai. Mungkin jaraknya hanya 1 mil saja dari daratan. Dan konon saat ini, reef ini adalah yang terbaik di Sumba saking banyaknya ikan predator terutama GT. Tak banyak spot seperti ini; dekat dengan daratan, dekat dengan kampung nelayan, tetapi GT nya berlimpah. Tetapi kami masih harus membuktikannya hari ini apakah hal tersebut benar adanya. Raja Laut 2 yang didorong dengan mesin 50 pk x 2 dengan cepat mengantarkan kami tiba di lokasi. Piranti popping kelas PE 8 dan PE 10 kami juga telah siap di rod holder. Popper-popper kini semu adiganti dengan Batanta 140 gram Black. “Si hitam saja yang dipasang,” kata Om William. Meski sebenarnya popper 140 gram ini kurang cocok bagi Om William, Fandy dan Om Sem karena berat. Mereka biasanya hanya memakai popper 80 gram. Tetapi sebelum kami menyapa GT di spot ini kami harus berunding dahulu siapa yang melempar duluan dan siapa yang harus bersabar menjadi abk lebih dahulu. Kapal tidak mengijinkan empat orang popping bersamaan, hanya untuk dua angler popping saja, maksimal 3 popping berbarengan.
Cepy dan Fandy menjadi pemancing pertama yang melempar. Fandi di haluan dan Cepy di buritan. Batanta 140 gram pun langsung terbang jauh dan mendarat dengan gagah di kepala arus reef. Tak perlu waktu lama memainkan popper, sekali dua kali sentakan langsung “buuuuuum!”, double strike pula. Ini dia yang kami cari, sekali roll gambar semua bisa terekam. Sejak melempar, memainkan umpan, sambaran, dan fight! Tak lama kemudian dua ekor GT dengan berat antara 15-25 kg pun kami naikkan. Cepy masih belum puas. Dia kembali melempar karena strike pertama baginya belum begitu menguras tenaga. Kembali strike! “Yaaaah, kecil!” teriaknya karena tenaga ikan yang ringan, padahal sebenarnya karena GT sedang berenang ke arah kapal. Tepat saat ikan GT berbalik arah menjauhi kapal, maka baru terasa bahwa ini adalah ikan besar. Om Sem sampai ngakak melihat polah Cepy yang kemudian menjadi kewalahan meladeni perlawanan ikan. Sebagai pemancing muda tenaga Cepy sebenarnya sangat prima, namun dia gemar sekali memakai rod medium action dengan lifting power yang sedang, sehingga saat kena sambaran ikan besar, maka pertarungan menjadi lama. Ini akan berbeda misalnya saat itu dia memilih memakai joran popping kaku yang juga dia bawa. Meski ngos-ngos an, akhirnya GT ketiga kami naikkan. Size nya sangat menarik, up 25 kg. Kembali Batanta popper 140 gram black menunjukkan dirinya sebagai yang terbaik. Saya katakan seperti ini karena saat kemudian Fandy mengganti popper dengan halco, dia tidak juga disambar dan baru disambar lagi saat dia mengganti popper dengan Batanta black! Om Sem sampai terheran-heran. Padahal awalnya dia meragukan kemampuan popper ini. Saya yang senyum-senyum senang dibalik kamera karena “peluru” saya ini tidak memalukan sama sekali. Strike ke-4 giliran Om Sem yang tampil. Dia berdiri di haluan dan juga tampak kewalahan dengan perlawanan ikan. Maklum dia lebih banyak trolling dibandingkan popping. Makanya Om Sem, popping dong jangan trolling melulu. Hehehehe. GT ke-4 akhirnya berhasil dinaikkan oleh Om Sem.
Situasi pesta strike ini terus berlangsung dan semua angler ikut kebagian merasakan fight. Om William sang Santa Claus pun ikut popping dan strike. Paling banyak strike adalah Cepy karena dia adalah “seleb” yang memang harus banyak-banyak strike. Oleh karena spot ini ditemukan oleh Om Sem, maka kami kemudian menamainya dengan Serra Sem (Reef Sem) untuk mengabadikan namanya. Akan tetapi meski semua angler telah pesta strike dari ikan-ikan GT dengan size yang lumayan, jujur, tidak ada yang berukuran monster hingga up 30 kg sehingga kami belum benar-benar terpuaskan. Masalahnya tenaga para pemancing telah terkuras akibat memakai popper besar dan terus fight. Ditambah dengan matahari Sumba yang jumlahnya ada lima, maka situasinya menjadi tidak mudah. Hanya ada satu pemancing tersisa yang belum strike, yakni saya yang berhari-hari setia di belakang kamera namun dengan jelas muka telah begitu memelas ingin strike meski hanya satu ekor GT saja. Saya sebenarnya lebih senang semua pemancing yang ikut strike sebanyak mungkin sehingga gambar cukup dan syukur-syukur ada yang monster untuk closing nantinya. Tetapi ada saat dimana saat itu kami harus makan siang di atas kapal sehingga kamera tidak perlu on. Saya permisi untuk popping di depan sendirian sambil menunggu para angler selesai mengisi “bensin” masing-masing. Saya percaya bahwa spot ini tidak mungkin tidak dihuni oleh GT monster.

Tampaknya tidak akan ada sambaran. Satu sentakan terakhir sebelum popper saya naikkan kembali untuk dilempar saya tetap setia megawasi dan memainkan popper dengan yakin. Saya sangat terkejut saat popper hendak saya angkat ke kapal tiba-tiba dari bawah muncul sesosok GT besar yang tanpa senyum dan permisi langsung menghantam popper dan kembali berenang dengan cepat ke dalam air. Posisi popper saat itu sekitar dua meter saja dari sisi kapal. Ini situasi strike yang tidak saya harapkan karena strike di dekat kapal pinggang kita langsung “kena”. Berbeda sekali dengan strike di kejauhan dimana kita memiliki kesampatan memainkan ikan lebih lama sehingga kita tidak terlalu tersiksa dengan beban ikan. GT terus menukik ke dalam dan membawa lari tali dengan perkasa. Rod medium action dari merk kelas menangah ini sampai lurus rus! Tidak bisa diungkit sama sekali. Benar-benar menyiksa dan menjadi bahan lelucon yang meriah di buritan. Saya tidak melihat, tetapi Om Sem jelas sekali ngakak saking senangnya melihat saya melongo dan tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi pemberontakan ikan. Setelah sekitar 3 menit, GT tampaknya mulai mengendurkan larinya. Dengan hati-hati butt rod saya taruh di gimbal dan mulai untuk fight. Masalah berikut adalah lifting power rod yang sialan. Memang, jika bermain di sarang monster tidak boleh main-main dengan rod gak jelas! Lifting power yang parah membuat kita sangat tersiksa karena sulit memompa joran dan meunggulung tali. Dia melengkung indah memang, tetapi ya terus begitu saja sehingga hanya mau bergerak jika badan kita ikut mengayun agar rod bisa dipompa. Masalahnya adalah, pinggang kita tidak bsia bertahan selama itu. Jadi ada beberapa momen saya melepas rod dari gimpal dan hanya menjepitnya saja di sikut saya. Ada sekitar 20 menit hal ini terjadi sebelum akhirnya GT monster Reef Sem ini bisa diakhiri perlawanannya. Pertarungan paling melelahkan dengan ikan GT yang pernah saya hadapi! Kami tidak membawa timbangan untuk mengukur berat ikan ini, tetapi kami menaksir up 35 kg tetapi tidak sampai 40 kg! Menurut Om William ini adalah ikan rekor paling besar di Reef Sem dan belum terpecahkan hingga saat tulisan ini dibuat.
GT monster yang saya tarik itulah yang kemudian menjadi penutup trip. Cepy yang harusnya menjadi host sejak awal strike terpaksa merekam seluruh gambar karena tak bisa dipungkiri ini adalah ikan GT monster yang memang kami cari-cari dan emmang harus direkam. Kami semua tersenyum karena ini akan menjadi episode yang sangat sensasional. Om William, Om Sem, Fandy, Cepy saya lihat tampak gembira. Pukul tiga sore saat angin mulai berhembus kencang kami memutuskan untuk pulang ke kampung. Awan tebal tampak berkumpul di langit namun matahari senja terlihat berusaha keras menembus kepekatannya. Terlihat sangat indah namun mematikan jika sudah “meledak” menjadi hujan nanti. Dalam hati saya berucap “Deo Gratias” lagi dan segera memasukkan kamera ke dalam dry bag agar aman dari cipratan air laut. Salam strike! God bless you all!
* Foto courtesy of Michael Risdianto, Cepy Yanwar & Fandy. Don’t use or reproduce (especially for commercial purposes) without our permission. Especially if you are tackle shop, please don’t only make money from our pics without respect!!!
* Keterangan foto: Kata Om William sang “Raja Laut” Sumba GT monster ini beratnya antara 35-40 kg // Saya sebenarnya bertugas sebagai kameraman dan reporter // Pas difoto dengan ikan besar eh malah mata merem // Sapi-sapi Sumba menghalangi perjalanan. Permisi Om, kami numpang lewat. :D :D :D // Hardtop & Rocky, soulmate sejati selama di Sumba // The long and winding road // Sunset saat menuju Teluk Aili // GR kecil di Sumba Selatan. Heran padahal Sumba Selatan harusnya spot “gila” // Sunses saat hendak kembali ke basecamp di Teluk Aili // ABK pun memakai topi Santa Claus // Bersama Om William aka Santa Claus Pulau Sumba // Cepy hooked up GT pertama di Sumba Selatan // Fandy dengan GT monster di Serra Sem // Om William juga hooked up GT monster di Serra Sem // Hooked on Batanta 140 gram black // The Team! Saya, Cepy, Om William dan Om Sem. Photo by Fandy // Cepy dan Batanta 140 gram black // Badai siap meledak di Serra Sem // Popper-popper buatan Hime Lure yang telah dihantam GT berkali-kali // Cepy dengan GT hitam di Serra Sem // Saya fight // Cepy dan GT lain di Serra Sem // Saya menggigit joran dan terus diketawain oleh Om Sem //
" Ayong shop"
ReplyDeleteAgen resmi obat pasutri di indonesia...
info dan konsultasi pemesanan
silahkan hubungi customer service kami:
CALL / WA : 0823-2881-5757
Cara Cepat & Pasti untuk Menambah Ukuran P3n1s Lebih Besar Dan panjang Dengan Hasil Optimal, Meningkatkan Kualitas 3reks1 Dan Tahan Lama Serta meningkatkan durasi dan frekuensi hubungan s3ksu4l.
APA ITU TITAN GEL GOLD ?
Titan Gel Gold merupakan inovasi terbaru penyempurnaan dari produk Sebelumnya. Kehebatan Titan Gel Gold ini 3 x dari Titan Gel Terdahulu. Produk lebih bermutu, berkhasiat, halus, tidak lengket dan harum.
TITAN GEL GOLD ASLI adalah gel inovatif yang tidak hanya meningkatkan intensitas pengalaman s3ksu4l Anda, tapi juga sebagai obat perbesar p3n1s, memperpanjang p3n1s pria.
Dengan Titan Gel Gold Anda mendapatkan semua yang Anda inginkan: lebih kuat s3ks, 3r3ksi yang mengesankan, peningkatan kepekaan area intim dan dapat memenuhi semua impian erotis Anda
DENGAN TITAN GEL GOLD,
BERBAGAI VARIASI S3KS BISA DILAKUKAN.
CARA PEMAKAIAN TITAN GEL GOLD :
Petunjuk Penggunaan “Titan Gel Gold” yang benar akan dijelaskan dalam petunjuk. Inilah poin terpenting untuk mendapatkan hasilnya dari penggunaan Titan Gel Gold :
1. Sebelum menggunakan Gel Titan Gold, alangkah baiknya bersihkan p3n1s Anda terlebih dahulu
2. Setelah dibersihkan, keringkan permukaan p3n1s dengan menggunakan kain lembut atau handuk.
3. Buat tegang p3n1s anda.
4. Oleskan Secara Merata gelnya ke seluruh permukaan p3n1s dengan lapisan tipis sambil di urut-urut.
Setelaah selesai biarkan sampai benar-benar diserap ke dalam kulit.
Lakukan penggunaan ini 2 kali sehari
Hasil mulai terlihat setelah pemakaian 1 Minggu pertama